Nama :
Asna
NPM :
116211159
Kelas :
6E
Mata Kuliah :
Semantik
Sajak-sajak Nuraini
Kekasihku
Sejak kau lepas busur jarakmu, kulihat keretamu berlari di bola mataku. Aku terpecah menjadi seribu. Sementara di retina dunia aku menjadi penunggu, kembali kutarik perca diriku. Mencantumkannya menjadi satu. Seorang penanti mesti memelihara utuh diri untuk menyimpan segaris senyum dan hati yang ranum. Maka pada dinding waktu, kusulam hari dengan gazal terkurung. Seperti Rumi, kusenyapkan diri dalam benua puisi.
Aku percaya kekasihku
Keretamu akan berhenti tepat di bola mataku. Narasi sepanjang keretamu telah terpetakan sejak kau diberangkatkan. Seirama denyut nadimu dengan sayang engkau membisikkan. Katamu, ‘’meski dunia melihatmu sebagai rupa bulan yang termangu, tapi kau adalah wajah mentari yang tak pernah mendua bagiku.’’
Sejak kau lepas busur jarakmu, kulihat keretamu berlari di bola mataku. Aku terpecah menjadi seribu. Sementara di retina dunia aku menjadi penunggu, kembali kutarik perca diriku. Mencantumkannya menjadi satu. Seorang penanti mesti memelihara utuh diri untuk menyimpan segaris senyum dan hati yang ranum. Maka pada dinding waktu, kusulam hari dengan gazal terkurung. Seperti Rumi, kusenyapkan diri dalam benua puisi.
Aku percaya kekasihku
Keretamu akan berhenti tepat di bola mataku. Narasi sepanjang keretamu telah terpetakan sejak kau diberangkatkan. Seirama denyut nadimu dengan sayang engkau membisikkan. Katamu, ‘’meski dunia melihatmu sebagai rupa bulan yang termangu, tapi kau adalah wajah mentari yang tak pernah mendua bagiku.’’
v Analisis
Gaya Bahasa Dalam Puisi “ Kekasihku
Gaya Bahasa,
yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi
prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa
disebut juga majas.
Kata-kata
yang digunakan dalam penggalan puisi tersebut adalah kata konotatif.
Artinya,kata-kata yang berkemampuan mengandung arti ganda.
A. Personifikasi,
merupakan gaya bahasa yang membandingkan benda mati atau tidak dapat bergerak
seolah-olah bernyawa dan dapat berperilaku seperti manusia
o
Bait 1:
Sejak kau lepas busur
jarakmu, kulihat keretamu berlari di bola
mataku. Pada bait ini mengandung bait personifikasi.
B. Hiperbola,
merupakan gaya bahasa yang dipakai seseorang untuk melukiskan peristiwa atau
keadaan dengan cara berlebih-lebihan dari sesungguhnya.
o
Bait 2 :
Aku terpecah menjadi seribu. Pada bait ini mengandung
majas hiperbola
C. Metafora, gaya bahasa perbandingan dengan
membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama
atau hampir sama.
o
Bait 3 :
Sementara di retina dunia aku menjadi penunggu,
kembali kutarik perca diriku. Pada bait ini mengandung majas metafora.
D. Litotes, Gaya bahasa perbandingan yang
melukiskan keadaan sesuatu dengan kata – kata yang berlawanan artinya dengan
kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Bait 4:
Seorang penanti mesti memelihara utuh diri untuk menyimpan segaris senyum
dan hati yang ranum. Pada bait ini mengandung majas litotes.
Bait 5 :
Maka pada dinding waktu, kusulam hari dengan gazal terkurung. Pada bait
terdapat gaya bahasa personifikasi
Bait 6 :
Seperti Rumi, kusenyapkan diri dalam benua puisi. Bait
diatas mengandung majas metonomia, yaitu penggunaan nama pada benda.
Bait 7 :
Karetamu akan berhenti tepat di bola mataku. Bait di atas mengandung
makna personifikasi
bait 8 :
Narasi sepanjang keretamu telah terpetakan sejak kau diberangkatkan. Bait
ini menggunakan majas personifikasi
Bait 9 :
Seirama denyut nadimu dengan sayang engkau membisikkan.
Pada bait di atas menggunakan majas personifikasi
E. Asosiasi / simile, Gaya
bahasa perbandingan dengan memperbandingan sesuatu dengan keadaan lain yang
sesuai dengan gambaran / keadaaan dan sifatnya.
o Bait 10 :
Katamu, “ meski dunia melihatmu sebagai rupa bulan yang termangu, tapi
engkau adalah wajah mentari yang tak pernah mendua bagiku. Pada bait ini
mengandung makna Asosiasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar