Kamis, 27 Maret 2014

Analisis gaya bahasa pada puisi


Nama              : Asna
NPM               : 116211159
Kelas               : 6E
Mata Kuliah  : Semantik

Sajak-sajak Nuraini

Kekasihku
Sejak kau lepas busur jarakmu, kulihat keretamu berlari di bola mataku. Aku terpecah menjadi seribu. Sementara di retina dunia aku menjadi penunggu, kembali kutarik perca diriku. Mencantumkannya menjadi satu. Seorang penanti mesti memelihara utuh diri untuk menyimpan segaris senyum dan hati yang ranum. Maka pada dinding waktu, kusulam hari dengan gazal terkurung. Seperti Rumi, kusenyapkan diri dalam benua puisi.

Aku percaya kekasihku
Keretamu akan berhenti tepat di bola mataku. Narasi sepanjang keretamu telah terpetakan sejak kau diberangkatkan. Seirama denyut nadimu dengan sayang engkau membisikkan. Katamu, ‘’meski dunia melihatmu sebagai rupa bulan yang termangu, tapi kau adalah wajah mentari yang tak pernah mendua bagiku.’’

v  Analisis Gaya Bahasa  Dalam Puisi  “ Kekasihku
Gaya Bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Kata-kata yang digunakan dalam penggalan puisi tersebut adalah kata konotatif. Artinya,kata-kata yang berkemampuan mengandung arti ganda.
A.    Personifikasi, merupakan gaya bahasa yang membandingkan benda mati atau tidak dapat bergerak seolah-olah bernyawa dan dapat berperilaku seperti manusia
o   Bait 1:
Sejak kau lepas busur jarakmu, kulihat keretamu berlari di bola mataku. Pada bait ini mengandung bait personifikasi.
B.     Hiperbola, merupakan gaya bahasa yang dipakai seseorang untuk melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara berlebih-lebihan dari sesungguhnya.
o   Bait 2 :
Aku terpecah menjadi seribu. Pada bait ini mengandung majas hiperbola
C.     Metafora, gaya bahasa perbandingan dengan membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
o   Bait 3 :
Sementara di retina dunia aku menjadi penunggu, kembali kutarik perca diriku. Pada bait ini mengandung majas metafora.
D.    Litotes, Gaya bahasa perbandingan yang melukiskan keadaan sesuatu dengan kata – kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Bait 4:
Seorang penanti mesti memelihara utuh diri untuk menyimpan segaris senyum dan hati yang ranum. Pada bait ini mengandung majas litotes.
Bait 5 :
Maka pada dinding waktu, kusulam hari dengan gazal terkurung. Pada bait terdapat gaya bahasa personifikasi
Bait 6 :
Seperti Rumi, kusenyapkan diri dalam benua puisi. Bait diatas mengandung majas metonomia, yaitu penggunaan nama pada benda.
Bait 7 :
Karetamu akan berhenti tepat di bola mataku. Bait di atas mengandung makna personifikasi
bait 8 :
Narasi sepanjang keretamu telah terpetakan sejak kau diberangkatkan. Bait ini menggunakan majas personifikasi

Bait 9 :
Seirama denyut nadimu dengan sayang engkau membisikkan.
Pada bait di atas menggunakan majas personifikasi

E.     Asosiasi / simile, Gaya bahasa perbandingan dengan memperbandingan sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan gambaran / keadaaan dan sifatnya.
o   Bait 10 :
Katamu, “ meski dunia melihatmu sebagai rupa bulan yang termangu, tapi engkau adalah wajah mentari yang tak pernah mendua bagiku. Pada bait ini mengandung makna Asosiasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar